Dinner Mate Episode 2 Part 2

Dinner Mate

Sumber konten dan gambar : MBC

Do Hee berdiri di ujung bebatuan. Dia sedikit kesal karena berniat menghirup udara segar di sana tapi malah hanya udara asin yang masuk hidungnya. Beberapa kali Do Hee mengucek hidungnya yang tidak nyaman.





Tiba-tiba tanah di sekitar Do Hee sedikit berguncang akibat ombak yang besar. Do Hee pun oleng. Dia berusaha menyeimbangkan badannya agar tidak jatuh.

Dari kejauhan, Do Hee tampak seperti seseorang yang akan terjun ke lepas pantai. Sontak Hae Kyung melempar tasnya dan berlari untuk mencegah. Sayang larinya terlalu kencang.


Do Hee kaget saat ada suara datang ke arahnya. Dia berusaha menghindar saat melihat Hae Kyung mengulurkan tangan padanya. Alhasil, Hae Kyung yang terlalu bersemangat mencegah orang jatuh malah dia yang terjun bebas.

Do Hee sempat kaget tapi dia buru-buru melepas mantelnya dan ikut terjun untuk menolong Hae Kyung.


Do Hee berhasil membawa Hae Kyung kembali ke daratan. Hae Kyung sempat pingsan tapi tak lama dia sadar dan memuntahkan air dari mulutnya.

"Kau baik-baik saja? Kau siapa? Kenapa kau tiba-tiba berlari ke arahku?" Tanya Do Hee.

Dengan nafas masih terengah-engah, Hae Kyung menjawab, "Aku tidak tahu kau akan menghindar seperti itu."

"Tentu saja aku menghindar. Aku tak mau seorang pria menyerangku."

"Kau mencoba bunuh diri kan?"

"Untuk apa aku bunuh diri?"

"Di kafe tadi aku melihatmu dipermalukan."

"Kau disana?"

"Ya."

"Astaga! Ini memalukan. Sepertinya kau suka mencampuri urusan orang lain."

"Apa? Sikap macam apa itu? Aku hanya mencoba membantumu dengan niat baik," Ucap Hae Kyung protes.

Do Hee mengingatkan kalau dialah yang menyelamatkan orang yang tenggelam. Hae Kyung menggerutu. Dia sudah menduga kalau Do Hee tidak akan mati.


Hae Kyung berusah berdiri dengan susah payah. Dia memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"Bukankah kau harus pergi ke dokter? Sepertinya kepalamu terluka," saran Do Hee.

"Aku baik-baik saja. Jadi pergilah dengan temanmu yang ada di sebelahmu."

Do Hee bingung. Teman? Memangnya siapa yang berdiri di sampingnya? Hae Kyung bilang orangnya mirip Do Hee. Do Hee keheranan. Dia mungkin mengira Hae Kyung cenayang yang melihat hantu.


Eh ternyata mata Hae Kyung yang bermasalah. Dia melihat Do Hee ada dua. Do Hee kaget saat tiba-tiba ada darah yang mengalir dari belakang kepala Hae Kyung. Hae Kyung menyentuh kepala belakangnya dan ikut kaget saat melihat darah. Wajahnya tampak tak berdaya. Apalagi kemudian dia melihat Do Hee bertambah jadi tiga. Hae Kyung pun pingsan.


RUMAH SAKIT JEJU HASEONG

Hae Kyung terbaring di rumah sakit tidak sadarkan diri memakai baju pasien. Dokter menjelaskan pada Do Hee penyebab Hae Kyung pingsan. Do Hee bingung karena dokter menggunakan banyak sekali istilah medis yang tidak dia pahami.


"Jadi apa diagnosismu Dokter?"

Dokter menghela nafas seolah apa yang dialami Hae Kyung adalah sesuatu yang parah. "Konkusi Cerebral."

"Jadi, cerebral apa?"

Dokter menatap Do Hee seolah mengatakan kalau Do Hee harus tabah dan kuat. "Ini gegar otak. Cerebral berarti otak."

"Gegar otak? Maksudmu luka yang kau dapat saat kepalamu terbentur dan merasa pusing?"

Dokter mengiyakan. Katanya hasil tesnya lumayan. Ini hanya luka sobek ringan. Hae Kyung akan pindah ke bangsal umum dan bisa pulang setelah sadar. Dokter pun pergi.

Do Hee menggerutu pelan. Kenapa dokter membuatnya terdengar begitu sulit? Do Hee mengangkat tangannya seolah akan memukul si dokter. Eh dokter menoleh. Do Hee pura-pura melakukan peregangan tangan.


Byung Jin panik saat pihak bandara mengatakan Hae Kyung tidak naik pesawat. Apalagi saat dihubungi Hae Kyung tidak mengangkat teleponnya.


Hae Kyung sadar. Dia langsung menanyakan jam pada Do Hee. Mendengar Do Hee bilang jam 19.57, Hae Kyung terlihat kesal. Dia menyesal, seandainya dia tidak mencampuri urusan orang lain dia pasti sudah mendarap di Bandara Gimpo dan mengemudi di selatan Jembatan Dongjak sekarang. Dia harus membatalkan semua jadwal malamnya.

Hae Kyung turun dari ranjang dan bercermin. Melihat rambutnya yang lepek dia berpikir untuk keramas. Tapi Do Hee mengingatkan kalau kata suster Hae Kyung tidak boleh keramas dulu dan menghindarkan lukanya dari air.

Hae Kyung menanyakan pakaiannya. Do Hee menunjuk lemari kecil di dekat ranjang yang tadi digunakan Hae Kyung untuk bercermin. Hae Kyung mengambil buntelan plastik yang berisi bajunya yang basah. Dia protes seharusnya Do Hee mengeringkannya. Tapi Do Hee ternyata sudah membelikannya baju sebagai permintaan maafnya.


Hae Kyung berjalan keluar rumah sakit sambil memesan tiket pesawat melalui telepon. Dia menggunakan ponsel Do Hee. Do Hee senang karena Hae Kyung bisa dapat tiket. Dia menahan senyumnya melihat Hae Kyung memakai baju bunga-bunga ala emak-emak korea.

Hae Kyung kesal melihatnya. "Menurutmu ini lucu? Memangnya kau hanya bisa membeli pakaian yang kuno ini?"

"Maafkan aku. Hanya ada satu toko pakaian di depan rumah sakit."

"Astaga! Bagaimana aku bisa pergi ke bandara dengan pakaian seperti ini? Aku tidak akan sempat membeli baju baru. Kau yakin tidak sedang mencari masalah denganku?"


Do Hee malah meledek Hae Kyung kalau dia mirip Kim Soo Mi yang ikut acara Granny's Got Talent. Dia menutup mulutnya untuk menahan tawa.

Hae Kyung menyuruh Do Hee terus tertawa. Dia melihat jamnya lalu pamit pergi. "Mari akhiri hubungan aneh kita ini sampai disini."

Do Hee menawarkan diri untuk mengantar Hae Kyung. Hae Kyung menolak dan mau naik taksi saja. Tapi Do Hee bilang dia juga mau ke bandara. Lagian Hae Kyung tidak mengijinkannya bayar biaya rumah sakit dan tiket pesawat. Jadi sebagai permintaan maafnya dia ingin mengantar Hae Kyung ke bandara.


Di mobil, Hae Kyung menelepon Byung Jin. Byung Jin tanya Hae Kyung pakai ponsel siapa.

"Seseorang yang ku kenal. Pokoknya jangan lupa jemput aku di bandara," pinta Hae Kyung. Dia lalu mengingatkan Do Hee untuk jangan mengebut. Do Hee menenangkannya kalau tidak ada kamera kecepatan di jam segitu. Lagian dia sangat mengenal jalanan itu.

Karena sambungan teleponnya belum ditutup, Byung Jin mendengar suara Do Hee. Dia tersenyum karena mengira bosnya akhirnya mau berkencan juga.


Hae Kyung teriak panik saat Do Hee benar-benar ngebut salip kanan salip kiri. Do Hee mengatainya pria pengecut.

"Aku tidak tahu kau merasa lebih baik atau lebih buruk sekarang," gerutu Hae Kyung.

Do Hee bilang dia tidak menyesal dicampakkan. Dia bisa mencari pria lain di Seoul nanti. Katanya banyak pria yang menunggunya di luar sana.

"Baiklah. Aku iri sekali," ucap Hae Kyung.



Bandara International Jeju

Sampai di bandara, ternyata Do Hee tidak ikut masuk karena dia akan terbang besok. Dia mengantarkan Hae Kyung karena mencemaskannya.

Di rumah sakit tadi ternyata dokter mendengar gerutuannya. Dia menasehati Do Hee untuk tetap mengawasi Hae Kyung. Hae Kyung mungkin terlihat baik-baik saja. Tapi jika tiba-tiba jatuh Hae Kyung bisa mati otak.

Tapi Do Hee tidak mengatakan penjelasan dokter pada Hae Kyung. Dia beralasan disana dia bisa melihat lampu pesawat dan bintang-bintang.

Tiba-tiba perut Do Hee bunyi. Hae Kyung menyuruhnya untuk makan sesuatu. Dia lalu pamit pergi tapi sejenak dia menoleh.

"Saat hal buruk terjadi, banyak orang merasa hanya mereka yang tak bahagia. Jika itu yang kau pikirkan, tolong jangan. Kebahagiaan memiliki mata. Tapi kesedihan tidak. Kesedihan menimpa siapapun secara acak.


Hae Kyung pun pergi sementara Do Hee masuk ke mobil. Dalam perjalanan di dalam bandara, tanpa sengaja Hae Kyung melihat si pramugari yang sedang pamer cincin pada rekan sejawatnya. Katanya sempat ada rintangan saat pacarnya melamarnya.


Do Hee termenung sambil menatap langit melalui atap mobil yang terbuka. "Aku harus kemana?"

Seorang penjual cokelat mengetuk kaca mobil lalu menawarkan cokelatnya pada Do Hee tapi Do Hee menolaknya. Do Hee tampak sedih saat mengingat alasan Young Dong menghianatinya. "Aku mulai benci makan denganmu."

"Dasar bedeb*h itu. Aku pura-pura suka makan steik yang ditaburi lada demi dia."

***

Hae Kyung berjalan sambil mengingat ucapan Do Hee saat menungguinya di rumah sakit. Ternyata saat itu dia sudah sadar.


"Jika memikirkannya lagi, aku sungguh minta maaf atas apa yang terjadi. Ini salah satu hari saat alam semesta merundungku seolah-olah itu sudah direncanakan sebelumnya. Di hari seperti ini setiap pembuluh darah di jantungku terasa sakit. Rasanya pembuluh darahku dipenuhi kapsaisin. Entah kenapa kemalangan selalu menemukanku sesekali. Bisa dibilang terlalu berlebihan menyebutkan alam semesta dan jantung hanya karena seorang pria. Seberapa besar aku mencintainya dan seberapa lama aku memacarinya, perpisahan itu menyedihkan. Ditinggal sendirian sangat menyakitkan."

Hae Kyung berhenti berjalan. Dia menirukan ucapan terakhir Do Hee. "Ditinggal sendirian." Dia lalu teringat saat seorang wanita bicara padanya.


"Aneh sekali. Aku yang meninggalkanmu tapi mengapa aku yang merasa ditinggal sendirian? Kenapa kamu terlihat seperti tidak kehilangan apapun?"

"Aku mempermudahmu meninggalkan aku," jawab Hae Kyung kala itu. 

"Bukan begitu. Kau terlalu terbiasa ditinggal sendirian."

Hae Kyung melepas plester yang menempel di kepalanya lalu melanjutkan langkahnya dan mengantri di resepsionis. Dalam hati dia berkata, "Tidak ada siapapun di dunia ini yang terbiasa ditinggal sendirian."



Resepsionis memanggil Hae Kyung berkali-kali baru dia tersadar. Hae Kyung pun menunjukkan tiket dan ktp nya.

***

Do Hee mengeluh lapar. Seharusnya tadi dia membeli coklatnya. Tiba-tiba kaca mobilnya diketuk. Do Hee senang karena mengira itu si penjual coklat. Tapi begitu dia keluar ternyata Hae Kyung yang dia lihat.

"Aku kira kau sudah pergi. Kenapa...."


Hae Kyung tersenyum tipis. "Maukah kau makan malam denganku?" (Would You Like To Have Dinner Together? Itu judul lain buat drama ini)

Do Hee menjawab dengan senyuman.

Bersambung ke episode 3 part 1

Post a Comment

0 Comments