Love Affairs In The Afternoon
Episode 1 Part 3
Sumber konten dan gambar : Channel A
Pagi hari, Soo Ah menyiram tanaman sambil memperhatikan kedua putrinya yang sedang adu kebolehan. Ah Jin meluruskan kakinya di atas meja. Ah Ram ikut-ikutan. Soo Ah mengingatkan kalau Ah Ram bisa terluka. Ah Ram ngeyel kalau dia juga bisa melakukannya. Ah Jin mengejeknya tidak bisa menirunya karena kakinya pendek.Ah Ram kesal dan mencolek kaki kakaknya. Keduanya kejar-kejaran. Ah Jin berhasil menangkap adiknya dan menggelitikinya. Soo Ah tersenyum melihat tingkah anak-anaknya.
Ji Eun terbangun dengan wajah pucat. Semalam dia tidur di sofa. Chang Kook yang baru keluar dari kamar mandi bertanya Ji Eun kenapa. Ji Eun tanya balik kapan suaminya pulang.
"Kamu tidak ingat aku pulang semalam?"
"Tidak."
"Memangnya kamu sudah pikun tidak ingat yang terjadi kemarin?" Chang Kook lalu menyapa kedua 'anaknya' dengan senyuman lebar.
Beberapa saat kemudian, meski tubuhnya lemas, Ji Eun masih sanggup membuatkan sarapan untuk Chang Kook.
"Oh ya. Aku beli obat." Chang Kook mengeluarkan sebotol obat dari kantong kertas.
"Obat? Obat dari ibumu saja tak tersentuh."
"Kamu bicara apa? Ini obat untuk cinta dan setia."
Senyum Ji Eun yang sempat sedikit mengembang, lenyap. Chang Kook menghampiri sarang 'anaknya'.
"Tidakkah menurutmu anak-anak terlihat kurusan? Sayap mereka saja kurang mengkilap."
"Entahlah. Aku tidak tahu. Bukankah malah aneh kalau burung terlihat gemuk? Mereka bukan babi."
"Mereka bukan burung biasa. Lebih perhatianlah pada anak-anak. Ibu macam apa kamu ini." Chang Kook beralih ke 'anaknya'. "Cinta... Setia... jangan sakit ya..." (hoekkk)
Ji Eun geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya. Chang Kook menyuruhnya mengambilkan kaus kakinya. Ji Eun mengambilkannya.
"Terimakasih. Laptop dan handphoneku?"
Ji Eun mengeluarkan ponsel Chang Kook dari saku celemeknya. "Laptopmu ada di depan pintu."
"Apa kopinya sudah siap?"
"Di meja."
Sebelum pergi, tidak lupa Chang Kook pamitan pada 'anaknya'. "Cinta dan Setia. Ayah akan pulang cepat. Jangan sampai sakit ya." Setelahnya Chang Kook pergi begitu saja tanpa pamit pada istrinya. Augh!!
Ji Eun menghela nafas lalu melepas celemeknya. Dia mengingat perhatian Cahng Kook pada burung-burungnya barusan. Ji Eun menghampiri 'anak' Chang Kook.
"Ayah kalian hanya menyayangi kalian saja. Aku tidak dilirik sedikitpun."
Ji Eun masuk kamar dan menelepon Clara. Dia meminta Clara menggantikannya karena dia sedang sakit.
Clara yang sedang baca majalah langsung pasang wajah asem. Dia ragu kalau Ji Eun benar-benar sakit. Dia menduga Ji Eun akan pergi kencan. Apa Ji Eun tidak lihat berita pagi ini? Belakangan, wanita bersuami di Korea, mereka semua punya kekasih.
Ji Eun menarik nafas kesal. Dia menegaskan kalau dia bukan orang seperti itu.
Clara mengaku hanya becanda. Tapi kemudian dia menuduh Ji Eun bohong. Dia meminta Ji Eun membawa surat dokter. Sebenarnya dokternya saja menyuruh Clara untuk istirahat. Tapi dia tidak melakukannya karena tanggungjawabnya sebagai pekerja penuh waktu.
Ji Eun mengalah dan bilang akan masuk kerja. Dia menutup teleponnya sebelum Clara selesai bicara. Clara si nyinyir tentu saja kesal.
Ji Eun sudah berganti pakaian. Dia duduk di depan cermin dan merapikan rambutnya. Ji Eun teringat ucapan ibu mertuanya yang menyuruhnya berpakaian bagus dan memakai krim wajah.
Ji Eun mengambil lipstiknya yang sepertinya sudah lama tidak dia pakai. Tapi saat dia hendak mengoleskannya ke bibirnya, ternyata listiknya sudah habis.
"Suatu hari, lipstik terasa seperti barang mewah. Karena lipstik merah, tidak cocok untuk wanita yang tidak mendapat cinta. Wanita yang terkurung seperti merpati."
Ji Eun mengembalikan lipstiknya ke meja lalu pergi berangkat kerja.
Yoon A meletakkan gelas kopi di meja Chang Kook lalu pergi ke mejanya. Dia tersenyum pada Chang Kook. Chang Kook tengok kanan kiri. Sepertinya dia khawatir ada yang melihatnya dan salah paham.
Yoon A mengirimi Chang Kook pesan.
Yoon A : Pak Jin. Apa kamu pulang dengan selamat semalam? Daging semalam enak sekali.
Chang Kook : Aku mentraktirmu semalam karena kamu bekerja keras kemarin. Tidak ada maksud lain.
Yoon A : Aku juga tidak punya maksud lain dengan memberimu kopi.
Chang Kook menatap gelas kopi dari Yoon A dan kopi buatan Ji Eun. Akhirnya dia mengambil kopi dari Yoon A dan meminumnya. Dia tersenyum. Sepertinya kopi buatan Yoon A sesuai dengan seleranya.
Soo Ah sedang belanja dan sepertinya ada seseorang yang mengawasinya.
Sementara Ji Eun sedang merapikan display pakaian. Seorang anak kecil tersandung di depannya dan menumpahkan kopi ke lantai.
Ji Eun langsung menghampirinya dan menanyakan keadaannya. Ibu sang anak datang dan melirik tajam pada Ji Eun.
Ponsel Soo Ah bergetar. Melihat siapa yang menghubunginya, dia langsung pergi meninggalkan belanjaannya. Kebetulan jalan yang akan dia lewati sedang di pel oleh Ji Eun karena tumpahan kopi tadi. Tapi Soo Ah tidak peduli dan lewat begitu saja dengan angkuhnya tanpa permisi.
Clara datang dan langsung mengejek sikap Soo Ah yang kasar. Memangnya dia sehebat apa hingga berjalan seperti itu. Dia dapat suami yang baik hingga kerjanya hanya makan dan belanja.
Ahjumma yang baik menampol Clara menyuruhnya berhenti, takut pelanggan lain dengar?
Clara malah bilang, memangnya sehebat apa telinga para pelanggan? Ahjumma mendorong Clara, menyuruhnya kembali kerja saja.
Ji Eun yang sedari tadi hanya diam, memandang ke arah perginya Soo Ah. Dia membandingkan ingatannya saat melihat Soo Ah bermesraan di basement dan saat Soo Ah bercengkerama dengan keluarganya. Ji Eun memegangi kepalanya yang pusing. Dia juga berkeringat.
"Kenapa aku terus berpikir wanita itu tetanggaku. Dia hanya wanita yang pindah ke komplekku yang tak ada hubungannya denganku."
Ji Eun menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan pikiran soal Soo Ah.
Tahu-tahu Soo Ah sedang bermesraan di dalam mobil. Si pria mengaku sangat merindukan Soo Ah. Soo Ah memprotesnya karena datang kesana. Tapi toh dia tidak menolak saat si pria menciumnya lagi.
Dan dari kejauhan, tampak seorang pria yang mengamati mereka.
***
Ji Eun sudah selesai kerja dan berganti pakaian. Seorang teman kerjanya pamit pulang duluan. Ji Eun menatap pantulan dirinya di cermin pintu loker. Ponselnya bergetar. Ada pesan masuk dari ibu mertuanya yang mengingatkan Ji Eun agar jangan lupa minum obatnya dan bekerja keras agar punya anak, juga jangan sampai stress.
Ibu mertua Ji Eun tidak sadar kalau tindakannya justru membuat Ji Eun stress. Dia mematikan ponselnya lalu menyandarkan kepalanya ke loker. Ji Eun menarik nafas berat.
Ji Eun pulang melewati display kosmetik. Di lorong swalayan yang sempit itu, dia berpapasan dengan anak kecil yang membawa troli belanjaan hingga tanpa sengaja Ji Eun menyenggol pajangan lipstik. Beberapa lipstik berjatuhan di lantai.
Ji Eun segera memungutinya dan mengembalikan ke tempatnya. Tapi tersisa satu lipstik yang menggelinding ke arah kakinya. Ji Eun memandanginya sejenak. Lalu dia celingak celinguk memastikan tidak ada yang memperhatikannya. Ji Eun melihat kamera pengawas yang menghadap ke arahnya. Dia mengambil lisptik itu lalu meletakkan lipstik itu ke meja seolah-olah dia mengembalikannya padahal diam-diam dia membawa lipstik itu.
Ji Eun segera pergi dengan langkah cepat. Tapi tiba-tiba seseorang menariknya. Soo Ah!!
Soo Ah tidak mengira Ji Eun itu kleptomania (suka ngutil). Dia bisa berpura-pura tidak melihat lipstik kecil itu. Tapi Ji Eun juga harus membantunya.
Pria yang tadi bermesraan dengan Soo Ah, berhasil melumpuhkan Park Ji Min, pria yang melempar pot bunga. Seorang pria datang melerai mereka. Pria simpanan Soo Ah pun melepaskan Ji Min. Tapi mereka tak hentinya adu mulut.
Soo Ah datang kesana dengan Ji Eun. Emosi kedua pria tadi meluap lagi hingga kembali adu jotos. Ji Min berhasil mendaratkan tinjunya hingga lawannya terjengkang dan tanpa sengaja menyenggol Ji Eun. Ji Eun yang memang sedang tidak sehat, terjatuh dan sepertinya akan pingsan.
Samar-samar Ji Eun menatap lipstik yang menggelinding di dekatnya. "Apa yang terjadi hingga aku begini. Jika ini karena aku mencuri lipstik, aku mengaku salah. Akan kujalani hukuman apapun."
Beberapa saat kemudian, Ji Eun dan ketiga orang yang terlibat skandal duduk di kantor polisi. Polisi menginterogasi Ji Min. Kenapa dia melempar pot bunga ke mobil orang. Ji Min minta lihat saja pada kamera dashboardnya. Tapi pria simpanan Soo Ah mengaku mobil tidak ada kamera black box-nya. Ji Min mengejeknya, bagaimana mungkin mobil semahal itu tidak ada kameranya. Dia juga membela diri kalau Ji Eun jatuh sendiri, bukan dia yang memukulnya.
Ji Eun tampak memegangi lehernya. Soo Ah menyarankannya pergi ke rumah sakit saja. Ji Eun tidak mempedulikannya dan beranjak dari duduknya. Soo Ah mengejarnya dan meraih tangannya.
Ji Eun menampik tangan Soo Ah. Jika ini karena lipstik itu, dia akan menyerahkan diri. Dia akan menanggung hukumannya. Ji Eun tidak ingin terlibat dalam perselingkuhan Soo Ah.
Ji Eun mencari lipstiknya di dalam tas tapi tidak ada. Soo Ah mengeluarkannya dari saku bajunya. Ji Eun hendak mengambilnya tapi Soo Ah menarik tangannya.
Tanpa di duga, Jung Woo datang kesana sebagai wali kelas dari Park Ji Min. Ternyata Ji Min adalah muridnya, Ommo!
Melihat Jung Woo, Ji Eun buru-buru merebut lipstik dari tangan Soo Ah dan memasukkannya ke dalam tas. Dia tidak jadi menyerahkan diri. Sepertinya dia tidak ingin Jung Woo berpikir buruk tentangnya.
Gelagat Ji Eun tidak lepas dari perhatian Soo Ah. Sepertinya dia bisa menebak kalau Ji Eun naksir Jung Woo.
Jung Woo minta maaf pada Soo Ah karena perbuatan Ji Min. Ji Min tidak terima karena merasa dia tidak salah. Pak polisi menjelaskan kalau Ji Min mengaku melihat Soo Ah dan pria simpanannya di dalam mobil.
Soo Ah mengaku kalau saat kejadian dia ada di dalam swalayan menemui Ji Eun. Dan dia tidak mengenal pria yang bertengkar dengan Ji Min. Pria simpanan Soo Ah membenarkan. Dia mengaku tadi hanya lewat dan tidak sengaja melihat Ji Min yang melempar pot. (Oh jadi Ji Eun diseret Soo Ah buat jadi saksi alibinya)
Ji Min marah-marah karena Soo Ah dan selingkahannya berbohong. Polisi balik memarahinya karena Ji Min itu seharusnya sekolah bukannya merusak mobil orang.
Jung Woo minta maaf pada Ji Eun atas perbuatan muridnya. Dia menawari Ji Eun ke rumah sakit. Ji Eun yang sedari tadi sengaja memunggunginya bilang kalau dia baik-baik saja. Padahal dari tadi dia terus memegangi tengkuknya.
Soo Ah bilang dia akan memperbaiki mobilnya sendiri. Tapi Ji Eun dan Jung Woo bisa berdiskusi sendiri soal kekerasan tadi, karena bukan dia yang terluka.
Kata Ji Eun tidak ada yang perlu di diskusikan. Lagipula hidupnya tidak terancam. Ji Eun buru-buru pergi dari kantor polisi. Soo Ah memberi isyarat pada Jung Woo agar mengejarnya.
Di luar, pandangan Ji Eun mulai kabur. Akhirnya dia pingsan. Beruntung Jung Woo ada di belakangnya dan menangkapnya.
Jung Woo membawa Ji Eun ke rumah sakit. Ji Eun pun dirawat disana. Perawat datang menanyakan wali Ji Eun.
Jung Woo menemui dokter. Kata dokter tidak ada yang salah dengan tulangnya. Hanya saja Ji Eun menahan otot lehernya saat jatuh. Dilihat dari demam dan juga ruam di belakang lehernya, sepertinya Ji Eun kena cacar. Ji Eun mungkin tidak tahu dan sangat kesakitan. Dokter menduga kalau Ji Eun belum mengobati cacarnya. Jadi dia akan meresepkan obat turun panas dan anti virus. Kalau bisa Ji Eun jangan sampai stress dan beristirahat dengan baik.
Jung Woo hanya mengangguk dan mengiyakan perkataan dokter.
Ji Eun sudah sadar. Perawat memasangkan penyangga leher untuknya. Ji Eun tanya dimana dia bisa membayar. Tapi kata perawat wali Ji Eun sudah mengurusnya.
Ji Eun hendak turun dari ranjang dan mencari-cari sepatunya.
Jung Woo datang membawakan sepatu kets berwarna kuning. Katanya tidak nyaman kalau Ji Eun pulang dengan sepatu hak tinggi.
"Tidak. Akan ku pakai sepatuku saja."
"Tidak. Tidak. Sebenarnya,,,, haknya patah." Jung Woo mengambil sepatu Ji Eun dari kantong kertas dan menunjukkan haknya yang patah. "Aku tak menemukan tukang sepatu. Tidak perlu sungkan. Pakai saja. Aku membeli yang paling murah di depan rumah sakit."
Terpaksa Ji Eun mau memakai sepatu dari Jung Woo. Tapi karena keadaan lehernya, Ji Eun kesulitan memakainya sendiri.
Jung Woo yang peka, membantu Ji Eun. Ji Eun menolaknya, tapi Jung Woo bersikeras memakaikan sepatunya.
Ji Eun terlihat canggung. Tapi, melihat kebaikan hati Jung Woo, membuatnya tidak bisa tidak memperhatikannya.
Beberapa saat kemudian, keduanya sudah ada di dalam taksi. Mereka saling diam. Ji Eun tampak gugup memegangi dadanya. Dia melirik Jung Woo yang duduk di depan, lalu mengambil lipstik di dalam tasnya dan menatapnya.
"Ini hari paling buruk. Mencuri dan selingkuh. Bisakah lebih buruk lagi dari itu?"
Ji Eun menatap sepatu pemberian Jung Woo yang terpasang di kakinya.
"Rasanya situasi ini seolah mengejekku. Seolah mengatakan hal ini masih jauh dari akhir. Bahwa ini hanyalah awal."
Ji Eun menghela nafas. Wajahnya nelangsa.
Bersambung ke episode 2
Cuap-cuap :
Wah! Ceritanya lumayan menarik. Kehidupan nyata memang terkadang begutu. Sesuatu yang kelihatannya baik-baik saja ternyata tidak begitu. Seperti Soo Ah yang terlihat sebagai ibu yang baik di rumah. Tapi ketika di luar, dia seolah tidak memikirkan anak-anaknya dan suaminya dan sibuk mencari kesenangan sendiri.
Untuk Ji Eun, menurutku wajar kalau dia jatuh cinta sama Jung Woo yang dilihatnya baik dan perhatian. Karena suaminya sendiri lebih cinta burung daripada istrinya. Hidupnya jelas kesepian. Ditengah keterbatasan ekonomi, dia juga harus menghadapi suami dan mertua yang bikin stres.
Dan Jung Woo juga ternyata sudah beristri. Mereka hidup terpisah selama 3 tahun. Jadi mereka long distance Korea-Amerika. Sepertinya Jung Woo tidak menantikan kepulangan istrinya. Mungkin jarak dan waktu yang memisahkan mereka membuat Jung Woo hilang rasa.
Penasaran bagaimana kelanjutan hubungan tokoh-tokoh di drama ini. Hmmmm, perselingkuhan.
0 Comments