Love Affairs in The Afternoon
Episode 3 Part 3
Sumber konten dan gambar : Channel A
Di kantor, Chang Kook sempat-sempatnya searching tentang sarang burung untuk anak kesayangannya. Seperti biasa, Yoon A kepo dan mendekatinya.
Sementara di toserba, Ji Eun sibuk menata produk. Kebetulan Min Young belanja di sana dan melihat Ji Eun. Ternyata mereka adalah alumnus SMA yang sama. Mereka ngobrol sedikit dan sama-sama mengetahui kalau keduanya sudah menikah.
Min Young mengajak Ji Eun minum teh karena sudah lama tidak bertemu. Tapi Ji Eun menolak dengan alasan sudah ada rencana keluarga. Sebagai gantinya, Min Young meminta nomor telepon Ji Eun.
Saat Ji Eun pulang dengan bersepeda, dia berpapasan dengan Soo Ah yang berjalan kaki dengan wajah sedikit suram.
Keduanya lalu minum teh berdua. Soo Ah menceritakan tentang pelaku pembakaran yang terjadi tempo hari. Ji Eun tidak habis pikir mendengarnya.
Soo Ah juga memberitahu kalau Jung Woo mengubah foto profilnya. Ji Eun serta merta mengeceknya dan tertegun melihat foto profil Jung Woo.
Soo Ah mengambil ponsel Ji Eun. Dia berpikir foto profil Jung Woo adalah bunga terompet pagi. Ji Eun memberitahu kalau itu bunga bindweed. Arti bunga itu, ditarik perlahan dan dalam. Soo Ah menggodanya dengan berkata kalau Ji Eun dan Jung Woo lebih dekat dari yang dia kira.
Ji Eun tentu saja menyangkal. Soo Ah ingin membuktikannya dengan membuat panggilan ke nomor Jung Woo. Ji Eun kaget dan kesal. Dia buru-buru merebut ponselnya dan mengakhiri panggilan. Soo Ah memberikan ponselnya sendiri agar Ji Eun bisa balas dendam. Terpampang kontak tanpa foto profil. Sepertinya itu nomor Ha Yoon. Soo Ah akhirnya mengaku kalau dia benar-benar tergila-gila pada Ha Yoon. Meski ragu, Ji Eun menekan tombol hijau untuk memanggil lalu meletakkan ponsel Soo Ah di meja. Soo Ah mengambilnya dan memutuskan panggilan.
Ji Eun pulang ke rumah. Chang Kook sudah pulang duluan dan menyambut Ji Eun dengan pertanyaan 'apa Ji Eun benar-benar selingkuh?'. Kenapa dia pulang larut malam. Ji Eun jujur habis bertemu dengan Soo Ah.
Chang Kook tentu sebenarnya tidak begitu peduli. Dia malah protes kenapa Sarang tadi muntah. Ji Eun jengah. Dia bilang tidak tahu. Chang Kook jelas tidak suka jawaban itu. Dia mengingatkan Ji Eun kalau tidak ada obatnya jika Sarang sampai kena virus. Ji Eun mulai kesal. Apa jika para burung itu sakit dan kena virus itu jadi salahnya Ji Eun? Chang Kook masih ngotot. Ji Eun kan ibu mereka.
Ji Eun sudah berada di luar batas kesabarannya. Dia meninggikan suaranya. "Kenapa aku Ibu mereka? Apa aku burung? Apakah aku spesies burung?"
Ji Eun mulai sedikit menangis. "Aku bilang aku ingin punya anak. Apakah aku pernah mengatakan aku ingin burung? Pernahkah kamu memikirkanku bahkan setengah dari kamu memikirkan Sarang? Pernahkah kamu memikirkan hatiku seperti apa yang aku miliki?"
"Apa maksudmu?"
"Kamu bahkan tidak akan bisa membayangkan pemikiran seperti apa yang aku jalani?"
Lagi-lagi Chang Kook yang bingung dengan tingkah yang tidak biasa dari istrinya, bertanya apa maksud Ji Eun.
"Lupakan!" Ji Eun hendak pergi ke kamarnya. Tapi Chang Kook menahan tangannya. "Sarang Eomma!"
Ji Eun jadi histeris. Dia berteriak. "Ibu Ibu Ibu!!! Jangan panggil aku ibu mulai sekarang. Aku tidak ingin mendengarnya."
Akhirnya Ji Eun masuk kamar mandi dan menangis di sana.
"Saat hatiku mulai goyah, rumahku yang adalah tempat yang paling nyaman, menjadi tempat yang paling tidak nyaman. Dan itu menjadi tempat yang paling sepi."
Chang Kook masih berdiri mematung di tempatnya.
Soo Ah gelisah menatap ponselnya sampai tidak menyadari kedatangan suaminya. Young Jae tanya sedang apa Soo Ah disana. Soo Ah berbohong sedang menunggu paket. Young Jae menyahut dengan sinis kalau itu sudah malam. Dia lalu tanya apa kegiatan Soo Ah hari ini. Soo Ah hanya bilang kalau dia minum teh dengan tetangga baru alias Ji Eun. Young Jae mencibir. Harusnya Soo Ah sesekali bertemu dengan orang yang hebat.
Setelah Young Jae masuk kamar, Soo Ah masuk kamar Ah Jin. Dia tersenyum melihat Ah Ram lagi-lagi tidur di kamar kakaknya. Soo Ah membetulkan selimut mereka. Matanya secara tidak sengaja tertumbuk pada sepatu balet anaknya yang tergeletak di nakas. Soo Ah mengambilnya. Dia terlihat sedih.
Keluar dari kamar Ah Jin, Soo Ah minum anggur sendirian. Ponsel tak pernah jauh darinya. Di tempat lain, Ha Yoon pun terlihat gelisah memegangi ponselnya. Keduanya di waktu yang sama namun berbeda tempat, jelas saling memikirkan satu sama lain. Mereka duduk berpindah-pindah tempat sambil menatap ponsel masing-masing. Jelas menggambarkan kegalauan hati mereka.
Ji Eun yang sedang duduk sendirian di sofa sambil memeluk lututnya, mengambil ponselnya di meja. Melihat siapa yang memanggilnya, keraguan langsung tercetak di wajahnya. Dia memilih menolak panggilan Jung Woo.
Esoknya, Ji Eun dengan celemek masih tergantung di badannya, memberi makan Sarang dan Mideung. Ponselnya bergetar. Ternyata ada pesan suara dari Jung Woo. Sebelum membukanya, Ji Eun sedikit mengedarkan pandangannya. Mungkin dia takut ada orang yang melihatnya.
"Jadi ini Sarang. Sangat cantik. Bagaimana kabarmu Ji Eun?"
Ji Eun mengulang beberapa kali rekaman itu. Berusaha menyimpan suara Jung Woo di hati dan memorinya. "Sarang itu cantik. Dan aku baik-baik saja. Akan sangat baik jika aku bisa memanggilnya dan mengatakan padanya hal-hal ini."
Ji Eun menyemprot kandang Sarang. Sambil tersenyum dia mengucapkan kata-kata Jung Woo di pesan suara. Tapi setelahnya, tragedi terjadi. Saat hendak mengambil air, Ji Eun lupa menutup pintu sangkarnya.
Dalam hitungan detik saja, Sarang sudah kabur. Ji Eun kontan panik. Dia berusaha menangkap Sarang yang bertengger di sofa, tapi gagal. Sarang terbang ke lampu. Ji Eun lagi-lagi gagal menangkapnya dan akhirnya Sarang terbang keluar melalui jendela yang terbuka. Seketika wajah Ji Eun pucat. Dia bergegas lari keluar rumah untuk mencari Sarang. Dia benar-benar cemas.
Akhirnya Ji Eun menghubungi Chang Kook. Chang Kook histeris di kantornya hingga membuat rekan-rekannya terkejut. Dia secepatnya berlari pulang sambil menenteng sangkar taj mahal yang dia beli sebelumnya.
Sampai rumah, Chang Kook langsung menghampiri Mideung dan bertanya dimana Sarang. Ji Eun berdiri dari duduknya dan berkata kalau Sarang terbang.
Chang Kook mendekati Ji Eun dengan amarah terpancar jelas dimatanya. Dia menyebut Ji Eun menakutkan. Dia menuduh Ji Eun pasti selalu berpikir untuk membuang anak-anaknya. Ji Eun tidak habis pikir dengan tuduhan Chang Kook.
Chang Kook berteriak marah. Harusnya Ji Eun juga membuang Mi Deung.
Kemarahan menular kepada Ji Eun. Dia bahkan sampai menangis. "Baiklah. Ya aku membuang Sarang! Karena aku sangat muak dan bosan dengan segalanya!!! Karena hidupku sangat menyedihkan dengan selalu membuang kotoran burung. Lalu??!"
"Cari Sarang. Cepat. Temukan sarang."
"Baik. Aku akan melakukannya. Aku akan pergi mencari Sarang!!!!!!"
Ji Eun mengambil jaring di lemari dan pergi mencari Sarang kemana-mana. Dia terus memanggil-manggil Sarang. Tapi Sarang tidak terlihat dimanapun.
"Kemana Sarang pergi? Akankah Pak Yoon (Jung Woo) tahu? Aku ingin memanggilnya. Tetapi aku tidak memiliki keberanian untuk melakukannya."
Hingga langit berubah jingga, Ji Eun belum juga menemukan Sarang. Pada saat itu, bunga merah muda beterbangan di sekeliling Ji Eun, meninggalkan kelopaknya. Sebuah suara mengalihkan perhatian Ji Eun dari pencariannya tentang Sarang.
"Apa kamu kehilangan Sarang?" Ji Eun menoleh dan melihat Jung Woo di depannya. "Apa kamu mencari Sarang?"
Ji Eun menatap Jung Woo. Mata Jung Woo pun terpaku di wajah Ji Eun.
"Mungkin. Mungkin saja. Bukankah cinta (sarang) yang membuatku berdebar, yang mendatangiku setidaknya sekali seumur hidup?"
Bersambung ke Love Affairs in The Afternoon
0 Comments