Love Affairs In The Afternoon
Episode 3 Part 1
Sumber konten dan gambar : Channel A
Jung Woo menatap kepergian Ji Eun. Dia mengingat pertemuan-pertemuannya dengan Ji Eun sejak pertama kali. Jung Woo berbalik dan melangkah pergi.
Ji Eun sedang membaca novel. "Seseorang berbalik dan menunjukkan punggung mereka. Berarti mereka memiliki penghalang di hatinya dengan banyak kerikil kecil di hati mereka. Seseorang yang pergi karena halangan di hatinya, kembali dari rasa sakit hati karena penghalang hatinya. Orang itu menghancurkan penghalang, dan membuat seluruh tubuh dihalangi kembali."
Ji Eun menghela nafas. Dia menyandarkan kepalanya di pilar lalu memejamkan matanya.
"Dimana ada landasan tanpa naungan? Sinar matahari bersinar lebih terang dari batu penghalang seperti itu."
Ji Eun membuka matanya. Dia tersenyum miris dan kembali menghela nafas.
Sementara Jung Woo baru sampai di apartemennya.
Episode 3 : Angin bertiup menuju arahmu
Jung Woo menyalakan lampu. Tada!!! Kejutan! Istrinya, No Min Young, ada di sana.
"Bagaimana kamu ada di sini?" Tanya Jung Woo kaget
"Apa maksudmu bagaimana? Apakah aneh kalau aku datang ke rumah kita?"
"Bukan begitu. Kamu tidak memberitahuku."
"Darimana saja? Kenapa pulang begitu larut? Aku rasanya akan gila menunggumu."
Jung Woo mengaku membaca banyak buku di sekolah. Min Young bilang Jung Woo bekerja terlalu keras. Dia kan tidak akan lama di sekolah itu?
Jung Woo melihat beberapa foto dirinya dan Min Young. Sepertinya Min Young yang baru meletakkannya di sana.
Min Young menyiapkan makan malam untuk Jung Woo. Katanya ibunya yang membuatkannya.
"Sayang. Kita pasangan yang sudah menikah, kan?" Tanya Min Young.
Jung Woo meletakkan sumpitnya. "Min Young. Apakah kamu ingin mendaftarkan pernikahan kita terlebih dahulu?"
"Daftar? Kita kan menikah di Amerika."
"Itu di Amerika. Dan ini Korea."
Padahal tadi Min Young hanya bercanda. Tapi lagi-lagi Jung Woo menganggapnya serius. Kenapa Jung Woo terburu-buru mendaftarkan pernikahan mereka? Toh semua orang tahu mereka pasangan yang sudah menikah.
Tetap saja. Jung Woo merasa mereka perlu melakukannya secepatnya. Itu membuatnya merasa lebih nyaman.
Min Young tertawa. Katanya Jung Woo lucu. Dia minta pelan-pelan saja dan melakukannya saat mereka punya waktu.
Jung Woo menghela nafas. Wajahnya murung. (Emang selalu murung sih)
Min Young tersenyum melihatnya. Dia berdiri dan merangkul Jung Woo dari belakang. "Aku tidak akan kemana-mana. Aku sudah menjadi milikmu.
Jung Woo hanya mengiyakan.
Sementara di tempat lain, Ji Eun sedang menunggu suaminya pulang. Begitu mendengar suara password pintu di tekan, dia langsung bangkit dan menyambut suaminya. Chang Kook bilang manajernya habis mengajak karaokean makanya dia pulang terlambat.
Ji Eun membawa jas dan tas Chang Kook. Chang Kook memanggilnya. Dia tanya apa Jin Eun minum obat.
"Sarang?"
"Bukan. Kamu. Apakah lehermu baik-baik saja?"
"Itu beberapa waktu yang lalu."
"Benarkah?"
Jin Eun menyuruh Chang Kook mandi. Chang Kook memanggilnya lagi. Dia mendekati Ji Eun dan tanya apa Ji Eun mau dipijat lehernya. Saat dia mau menyentuh Ji Eun, Ji Eun reflek menghindar. Chang Kook minta maaf karena bau alkohol. Dia lalu masuk ke kamar mandi.
Ji Eun diam bersandar di pintu kamar. "Sejak beberapa waktu, hubungan kami menjadi rusak satu sama lain. Perasaan tidak bisa berhenti meski sudah rusak. Rasanya bahkan tidak cocok sama sekali dalam satu hari."
Paginya, seperti biasa Ji Eun membuatkan jus. Tapi dia melakukannya sambil melamun. Chang Kook yang melihatnya pun menegurnya. Menurutnya sejak tadi Ji Eun terlihat aneh. Apa dia ada masalah? Istirahat saja jika perlu.
Ji Eun bilang dia baik-baik saja. Dia akan mengambil gelas di rak tapi ternyata gelasnya sudah ada di meja. Chang Kook mau menuangkan jusnya sendiri, tapi malah tumpah. Dia juga bersikeras membersihkan sendiri tumpahan jusnya. Eh malah menyenggol gelas hingga jatuh dan pecah. Chang Kook akhirnya minta maaf dan pergi ke kamar.
Ji Eun hanya bisa menghela nafas. Sementara tetangganya, Soo Ah, sedang melamun sambil menopang dagu. Dia lalu menatap gambar yang di buat Ha Yoon.
Di perlihatkan seorang wanita yang sedang menari balet. Sepertinya Soo Ah muda.
"Cinta adalah caraku bercerita tentang dirimu. Caraku menatap kepergianmu. Dan caraku tersenyum menatap indah wajahmu."
Soo Ah menoleh ke ruang tamu. Dia membayangkan Ha Yoon yang sedang menggambar di sana.
Ha Yoon sendiri memang sedang melukis. Dia menggambar wanita yang sedang menari. Ha Yoon berdiri dan menatap gambar tadi.
Soo Ah masih menatap bangku dimana Ha Yoon pernah duduk di sana. Kini bangku itu kosong.
***
Ji Eun sedang mencuci piring. Bel pintu berbunyi. Ji Eun sedikit kaget saat melihat layar interkom. Ternyata yang datang Soo Ah.
Ji Eun bertanya ada apa Soo Ah datang kesana. Soo Ah berterimakasih untuk hari saat pertama dia pindah rumah. Dia memberikan Ji Eun sebuah bingkisan.
Soo Ah sudah akan pergi. Tapi Ji Eun menawarinya minum teh. Mereka akhirnya minum teh bersama di rumah Ji Eun.
Ji Eun tanya apa Soo Ah senang? Dia pikir Soo Ah akan jadi wanita paling bahagia di dunia.
Mata Soo Ah menerawang. Dia mengaku tidak pernah bahagia atau tidak bahagia. Terkadang dia bahagia, terkadang dia tidak bahagia. Soo Ah bertanya, pernahkah Ji Eun mencintai pria yang bukan suaminya.
Ji Eun mengaku belum pernah. Dia hanya mencintai suaminya. Dia adalah cinta pertamanya. Dan dia akan menjadi yang terakhir baginya.
Soo Ah percaya suami Ji Eun adalah cinta pertamanya. Tapi Ji Eun harus hidup lebih baik untuk menentukan cinta terakhirnya.
Ji Eun bersikeras menyangkal. Itu tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Sedih sekali. Kata-kata itu yang menurut Soo Ah tidak akan membuat Ji Eun jatuh cinta lagi. Soo Ah tanya apa perselingkuhan berbeda dengan cinta?
Ji Eun kekeuh, tentu saja berbeda. Soo Ah menyebut Ji Eun sangat murni. Tapi cinta tidak bisa dikendalikan oleh keinginan. Sama seperti saat tidak bisa menyembunyikan bersin.
Ji Eun jengah mendengar celoteh Soo Ah. Dia berdiri dan menyuruh Soo Ah pergi karena dia mau kerja.
Soo Ah menasehati Ji Eun agar hidup sambil melihat orang yang ingin dia lihat. Hidup itu singkat.
Ji Eun kesal. Kenapa Soo Ah terus mengatakan hal seperti itu? Sudah dia bilang dia tidak seperti itu.
Menurut Soo Ah, aneh jika Ji Eun bilang tidak seperti itu. Karena Ji Eun terlihat seperti bersin. (Tidak bisa disembunyikan. Mungkin maksudnya, perasaan Ji Eun buat Jung Woo, dimata Soo Ah terlalu kentara)
Soo Ah pun pergi. Ji Eun mengeluh di dalam hati. "Aku menjadi wanita yang hatinya terbaca. Kapan aku bisa jujur dihadapannya? Di depannya aku selalu merasa menjadi gadis kecil."
Soo Ah sedang melihat-melihat sepatu. Seorang pramuniaga pria menghampirinya sambil membawakan sepatu pesanan Soo Ah.
Si pramuniaga memakaikan sepatu itu di kaki Soo Ah. Soo Ah bilang akan mengambilnya. Sebelum Soo Ah pergi, si pramuniaga memberikan kartu nama dan kunci hotel (?). Di depan pria itu Soo Ah memang tersenyum, tapi begitu berbalik pergi, wajahnya berubah murung.
Ha Yoon datang ke kantor Young Jae. Young Jae menyalaminya dan minta maaf atas sikap editornya tempo hari.
Ha Yoon tanya apa pernikahan Young Jae bahagia. Young Jae tersenyum. "Pernikahan itu ada?"
Young Jae bilang, dia akan memberi bonus opsional kalau Ha Yoon mengerjakan proyeknya. Apa ada yang Ha Yoon inginkan? Konten cinta dan perselingkuhan adalah penjual tetap untuk perusahaan penerbitan mereka. Rawa Kehancuran adalah buku yang ke 7. Di tambah karya Do Ha Yoon untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Itu pasti bagus.
Ha Yoon tanya apa Young Jae pikir dia bisa memberikan apa yang dia inginkan? Hanya ada satu hal yang dia inginkan.
Young Jae penasaran apa yang Ha Yoon mau. Ha Yoon bilang, sesuatu yang tidak ada artinya bagi Young Jae, tapi pada saat yang sama, berarti segalanya bagi Young Jae.
Young Jae tertawa. Teka-teki macam apa itu? Ha Yoon tanya lagi apa Young Jae bisa memberikannya?
"Kau tahu aku memiliki banyak hal untuk kuberikan padamu."
Ha Yoon menganggap itu sebagai jawaban ya. Jadi dia menerima proyek itu. Dia pun pergi. Sementara Young Jae tampak berpikir.
Bersambung ke Love Affairs in The Afternoon episode 3 part 2
0 Comments